Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) gelap gulita hingga berjam-jam, Ahad (4/8/2019) kemarin. Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan gangguan transmisi terjadi karena ada kelebihan beban listrik khususnya di Jakarta, Bekasi, dan Banten. Selama ini pasokan listrik di Jawa bagian Barat berasal dari tiga pembangkit, pembangkit di Suralaya, Cilegon, dan Muara Karang, plus dari pembangkit di timur Jawa. SUTET Ungaran-Pemalang mengaliri listrik dari pembangkit dari timur Jawa Itu. Gangguan pada SUTET di dua tempat itu menyebabkan transfer listrik dari timur ke barat Pulau Jawa mengalami kegagalan.
PLN mengupayakan untuk menormalkan kembali pasokan listrik Jawa Barat, Banten dan sekitarnya dengan mengoperasikan PLTA Saguling dan PLTA Cirata. Selain sebagai penstabil daya, dua PLTA ini juga bertugas mengirim listrik, dari Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) Cibinong, Depok, Gandul, Lengkong, Balaraja dan juga Suralaya.
Bencana kelistrikan ini menyebabkan meningkatnya permintaan high speed diesel atau solar yang kemudian digunakan oleh sejumlah pusat perbelanjaan, Rumah Sakit, Perkantoran, industri maupun Perumahan untuk genset mereka. VP Corporate Communication PT Pertamina menyatakan kenaikan permintaan terjadi menyebabkan terjadinya antrean di beberapa SPBU dekat perumahan menengah ke atas, sementara untuk industri kenaikan terjadi namun tidak terlalu signifikan.
PT Pertamina (Persero) mengupayakan pelayanan Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya solar ke rumah sakit, PLN dan perhotelan untuk kebutuhan mesin genset. Unit Manager Communication & CSR Marketing Operation Region III, Dewi Sri Utami mengatakan, pengoperasian genset khususnya di rumah sakit sangat diperlukan untuk menangani pasokan listrik dan peralatan kesehatan. Meskipun pusat perbelanjaan atau jenis usaha lainnya juga membutuhkan solar industri, namun Pertamina mengutamakan penyaluran bagi fasilitas umum seperti rumah sakit dan perhotelan. “Kami memahami situasi yang terbatas saat ini dan memprioritaskan distribusi untuk layanan umum,” ujar Dewi.
Sekadar catatan, kebutuhan bahan bakar untuk genset itu dengan asumsi penggunaan solar sebagai bahan bakarnya diambil berdasarkan rumus 0,21 (faktor ketetapan konsumsi solar per kilowatt per jam) dikalikan kapasitas genset per kv dan dikalikan 1 (jam).
Bisa dibayangkan berapa liter bahan bakar yang harus dibakar apabila listrik padam hingga 10 jam.
- Sumber :
- https://koranbumn.com/pasca-pemadaman-listrik-massal-pln-harus-evaluasi-sistem-jaringan/
- https://www.merdeka.com/uang/pltgu-muara-karang-gangguan-listrik-sebagian-jakarta-dan-tangerang-padam.html
- https://www.liputan6.com/news/read/4030514/kehabisan-solar-akibat-mati-lampu-mal-di-bogor-tutup-lebih-awal
- https://tirto.id/dilema-listrik-darurat-di-perkotaan-efKY
- https://republika.co.id/berita/pvuajl383/pertamina-permintaan-emgensetem-saat-listrik-padam-masih-normal