Penurunan harga bahan bakar minyak dunia yang turun di akhir 2015 tidak melulu membawa dampak negative, masih ada sudut positif yang bisa disikapi oleh industri migas. Industri migas juga bisa mengambil manfaat dari penurunan harga minyak dunia ini, seperti yang diutarakan Managing Director Accenture Indonesia, Neneng Goenadi, mengenai beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, di tengah rendahnya harga minyak dunia, yang bisa lakukan bagi industri migas adalah cost reduction, dimana hal ini dimaksudkan agar industri migas lebih efektif dan efisien lagi dalam pengelolaan cost, struktur organisasi tetap dikuatkan untuk lebih tahan terhadap situasi pasar, proses bisnis lebih dibuat sejalan, dan SDM lebih diperbaiki lagi skill-nya pada saat harga minyak sedang turun. Jadi, industri migas tetap bisa melihat angle positif dari rendahnya harga minyak dunia.
Kedua, merujuk pada program yang dimiliki Accenture sebagai konsultan industri migas, melingkupi cost reduction program, zero base budgeting, smart people manajement, dan business process improvement. Semua program ini bukan hanya dengan menambah atau mencari supplier baru, tapi lebih ke arah nilai efektif dan efisien proses bisnis yang dijalankan secara keseluruhan terutama pada operating model untuk dilihat apa saja yang bisa diperbaiki, untuk hal itu harus dilihat secara keseluruhan.
Ketiga, hambatan-hambatan yang terjadi tidak menjadi masalah bagi perusahaan migas di Indonesia yang dinilai sudah cukup mapan. Keuangan perusahaan migas ada di saku yang sama, yakni pusat. Dana investasi bukan hanya dari Indonesia, perusahaan migas harus punya dana subtitusi dengan menarik minat investor asing pada migas Indonesia, paling tidak harus sudah punya sikap dalam menangani masalah investasi asing.
Keempat, Produk Indonesia tidak kalah saing dengan negara lain. Hanya quality control-nya yang tidak di jaga dengan baik. Industri manufaktur di Indonesia perlu melakukan quality control agar kualitas migas semakin membaik. Dalam meningkatkan penggunaan local konten, perlunya analisa antara supply dan demand. Untuk itu diperlukan list barang-barang yang dibutuhkan oleh industri tertentu. Dengan catatan, barang tersebut terdapat banyak permintaan dan dipakai secara berkelanjutan, serta bahan bakunya tersedia di dalam negeri. Ketika ada investor yang ingin masuk untuk membuka manufaktur di Indonesia, mereka langsung mengetahui demand barang yang dibutuhkan oleh industri lainnya. Dari list tersebut, kita dapat mengetahui barang yang perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, dan barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri yang demand-nya berkelanjutan.
Gambar: metrotvnews.com